Monday, March 3, 2025

Tuhan pun Menangis Ketika Ditanya Kapan Indonesia akan Makmur?

 

Tuhan pun Menangis Ketika Ditanya Kapan Indonesia akan Makmur?

Dalam sebuah wawancara di televisi disaat Abdurahman Wahid atau yang biasa disapa Gusdur masih hidup, Gus Dur pernah berkelakar tentang bagaimana para pemimpin dunia bertanya kepada Tuhan mengenai kapan negara mereka bisa terbebas dari kemiskinan. Ronald Reagan bertanya, Tuhan menjawab, "20 tahun lagi." Reagan pun menangis. Nicolas Sarkozy bertanya, jawabannya, "25 tahun lagi." Sarkozy menangis. Tony Blair bertanya, "20 tahun lagi." Blair juga menangis. Namun, ketika giliran pemimpin Indonesia bertanya, Kapan Indonesia akan Makmur? Tuhan justru menangis.

Kelakar ini lebih dari sekadar guyonan, adalah tamparan keras bagi realitas negeri ini. Jika dahulu korupsi sudah menjadi penyakit kronis, hari ini ia telah bertransformasi menjadi budaya yang sistematis. Hampir setiap hari berita tentang pejabat yang tertangkap tangan karena menyalahgunakan wewenang muncul di layar kaca.

Saat ini, masyarakat Indonesia sedang menghadapi kenyataan pahit lainnya: pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang terjadi di berbagai sektor. Salah satu yang menjadi sorotan adalah kasus PT Srintek, di mana ribuan karyawan harus kehilangan pekerjaannya dalam sekejap. Bagi sebagian besar orang yang kehilangan pekerjaannya, ini bukan sekadar kehilangan pendapatan, tetapi juga kehilangan harapan.

Tak hanya itu, kasus korupsi juga semakin menjadi-jadi. Salah satu skandal terbesar yang mengguncang negeri ini adalah korupsi timah yang melibatkan oknum pejabat tinggi. Sumber daya alam yang seharusnya menjadi berkah bagi rakyat malah menjadi ladang perampokan bagi segelintir orang yang rakus. Tak hanya itu, kasus oplosan bahan bakar oleh pejabat Pertamina menambah deretan panjang skandal yang merugikan rakyat. Dampaknya yang luas terhadap perekonomian rakyat kecil menunjukkan betapa kejahatan ini telah merasuk hingga ke level tertinggi.

Gus Dur, dengan kelakar khasnya, seakan ingin menyampaikan bahwa permasalahan negeri ini tidak hanya bisa diselesaikan dengan janji-janji kosong dan reformasi setengah hati. Ketika korupsi masih merajalela dan kesejahteraan rakyat terus terpinggirkan, bahkan Tuhan pun menangis melihat kondisi Indonesia. Ini bukan lagi masalah ekonomi semata, melainkan masalah moral, etika, dan keadilan sosial.

Namun, apakah ini berarti tidak ada harapan? Tidak juga. Sejarah membuktikan bahwa negeri ini telah berulang kali melewati masa-masa sulit. Dari krisis moneter 1998, reformasi yang penuh gejolak, hingga pandemi yang meluluhlantakkan ekonomi, Indonesia selalu bisa bangkit. Yang dibutuhkan sekarang adalah keberanian untuk benar-benar membersihkan negeri ini dari praktik korupsi dan kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat. Serta Pemerintah yang sekarang berani ambil tindakan tegas dengan menghukum para Koruptor dengan seberat beratnya hukuman.

Masyarakat tidak boleh lagi hanya menjadi penonton. masyarakat harus berani menuntut transparansi, menolak praktik korupsi, dan memilih pemimpin yang benar-benar memiliki integritas. Kita harus mulai dari lingkungan terkecil, dari keluarga, sekolah, tempat kerja, hingga pemerintahan. Jika kita tetap diam, maka bukan hanya Tuhan yang akan terus menangis, tetapi juga anak-cucu kita yang harus menanggung akibatnya di masa depan.

Jadi, mari kita jadikan kelakar Gus Dur ini sebagai pengingat. Jangan sampai kita menjadi bangsa yang terus-menerus membuat Tuhan menangis. Sudah waktunya kita bangkit dan berjuang untuk Indonesia yang lebih baik, di mana keadilan, kesejahteraan, dan kejujuran bukan sekadar wacana, tetapi benar-benar menjadi realitas bagi seluruh rakyat Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Di hari lahirmu, Pancasila

                                                         Di hari lahirmu, Pancasila                                                         ...