Tuesday, May 13, 2025

Segitiga Pembelajaran Mendalam: Membangun Kolaborasi Bermakna antara Guru, murid, dan Orangtua.

 


                                             
Segitiga Pembelajaran Mendalam: Membangun Kolaborasi Bermakna antara Guru, murid, dan Orangtua.

Bambang Aribowo

     Di era yang serba cepat dan penuh tantangan seperti saat ini, pembelajaran tidak lagi cukup jika hanya berfokus pada penguasaan materi. Deep Learning menurut Mendikdasmen Abdul Mu'ti, adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang inovatif dan fleksibel yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Deep Learning hadir dengan memadukan Olah pikir, Olah hati, Olah rasa, dan Olah raga.

 Mendikdasmen berharap bahwa pendekatan Deep Learning yang lebih humanis ini dapat membantu mengembangkan 8 dimensi profil lulusan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan, yaitu keimanan dan ketakwaan, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi.

Pembelajaran sejati adalah pembelajaran yang menyentuh hati, menghidupkan kesadaran, dan mengubah cara berpikir serta bertindak. Konsep ‘pembelajaran mendalam’ bukan hanya bicara soal seberapa jauh siswa memahami pelajaran, tapi juga seberapa dalam setiap pihak yaitu guru, murid, dan orang tua memahami peran mereka masing-masing dalam ekosistem pendidikan.

Saya menyebutnya sebagai Segitiga Pembelajaran Mendalam. Tiga titik penting yang saling berkaitan erat, membentuk sistem pembelajaran yang saling mendukung, saling menguatkan, dan saling tumbuh bersama. Guru, murid, dan orang tua adalah tiga aktor utama dalam proses belajar yang harus hadir secara utuh bukan sekadar secara fisik, tapi juga secara emosional dan spiritual.

Guru, dalam segitiga ini, bukan lagi sekadar penyampai informasi. Ia adalah pembimbing, fasilitator, bahkan teladan yang memancarkan nilai-nilai. Guru yang memahami perannya secara mendalam tidak hanya mengajarkan apa yang ada di buku, tetapi juga menanamkan nilai kehidupan, membangun relasi, dan menciptakan ruang aman bagi murid untuk bertumbuh. Guru hadir dengan empati, kesabaran, dan semangat untuk menghidupkan potensi dalam diri siswa.

Murid pun bukan lagi hanya objek pembelajaran. Murid adalah subjek aktif yang memiliki rasa ingin tahu, suara, dan tanggung jawab atas pembelajarannya sendiri. Murid yang menyadari perannya secara mendalam akan tumbuh menjadi individu yang reflektif, kritis, dan sadar tujuan. Mereka belajar bukan untuk nilai, tapi untuk makna. Bukan untuk sekadar lulus ujian, tapi untuk memahami kehidupan.

Dan orang tua mereka adalah pendamping abadi anak-anak mereka. Dalam segitiga ini, orang tua berperan sebagai pelengkap dan penguat proses belajar di rumah. Orang tua yang memahami perannya secara mendalam tidak akan menekan anak dengan harapan yang tidak realistis, tetapi hadir sebagai teman perjalanan yang empatik. Mereka mendengar, memahami, dan menyemangati, bukan hanya menilai dari angka-angka di rapor.

Ketika tiga peran ini dijalankan dengan kesadaran dan empati yang tinggi, maka terbentuklah sinergi luar biasa. Guru, murid, dan orang tua menjadi tim yang solid dalam menciptakan pengalaman belajar yang utuh dan bermakna. Inilah makna sejati dari Segitiga Pembelajaran Mendalam: pembelajaran yang menghidupkan, menyentuh, dan membebaskan.

Mari kita mulai dengan kesadaran. Kita refleksikan kembali peran kita dalam segitiga ini. Apakah kita sudah hadir secara mendalam? Apakah kita sudah benar-benar memahami kebutuhan dan potensi satu sama lain? Pendidikan yang besar lahir dari hubungan yang mendalam dan segalanya bermula dari kita sendiri.

No comments:

Post a Comment

Di hari lahirmu, Pancasila

                                                         Di hari lahirmu, Pancasila                                                         ...